TokoOke – Halo sobat rebahan dan para pejuang loker (lowongan kerja) se-Jawa Tengah! Apa kabar dompet? Semoga masih aman terkendali, ya.
Ngomongin soal kerjaan, emang sih cari duit itu susah, tapi lebih susah lagi kalau cari kerjanya yang nggak dapet-dapet. Pernah nggak sih kamu merasa kalau saingan cari kerja di daerah kamu tuh bejibun banget? Rasanya kirim CV udah kayak kirim surat cinta yang nggak pernah dibalas—ghosting terooos!
Nah, ternyata perasaan kamu itu valid, lho. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah baru saja merilis data terbaru tahun 2024. Hasilnya? Ada beberapa kabupaten yang “terpaksa” punya predikat tingkat pengangguran alias Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) paling tinggi.
Disclaimer dulu nih, sebelum baper. Artikel ini pakai istilah satir “Beban Keluarga” bukan buat ngejek, ya. Ini cuma cara kita menertawakan getirnya hidup sambil tetap edukasi. Siapa tahu dengan baca ini, semangat juang kamu buat dapet kerja malah makin membara!
Jadi, daerah mana saja yang masuk dalam daftar “Top 7”? Mari kita bedah satu per satu datanya.
Sebelum masuk ke daftar intinya, kita samakan persepsi dulu. TPT atau Tingkat Pengangguran Terbuka itu bukan cuma orang yang tiduran di rumah doang. BPS mendefinisikan ini sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
Jadi, mereka yang masuk data ini adalah:
Sudah paham? Oke, tarik napas, mari kita lihat realitanya.
Di posisi puncak klasemen—yang sayangnya bukan klasemen sepak bola—ada Kabupaten Brebes. Kota yang terkenal dengan telur asin dan bawang merahnya ini mencatatkan angka TPT sebesar 8,35%.
Kalau dibayangkan, dari 100 orang angkatan kerja di Brebes, ada sekitar 8 sampai 9 orang yang masih luntang-lantung cari kerja. Angka absolutnya ngeri-ngeri sedap, hampir 172 ribu jiwa!
Kenapa bisa tinggi?
Banyak faktor yang bermain di sini. Brebes punya jumlah penduduk yang sangat padat. Meskipun sektor pertaniannya kuat, tampaknya sektor industri belum mampu menyerap ledakan populasi usia produktif di sana. Buat kamu warga Brebes, keep fighting! Persaingan di kotamu emang lagi keras-kerasnya.
Lanjut ke posisi runner-up, ada Kabupaten Cilacap. Ini agak ironis sebenarnya. Cilacap kan dikenal sebagai kabupaten terluas di Jateng plus punya banyak industri besar (PLTU, Kilang Minyak, Pabrik Semen). Tapi kok penganggurannya tinggi?
Dengan TPT 7,83%, ada sekitar 159 ribu orang yang masih berjuang mendapatkan pekerjaan.
Analisa Santuy:
Fenomena ini sering terjadi di kota industri. Kadang, skill yang dibutuhkan industri high-tech di sana nggak match sama skill yang dimiliki warga lokalnya. Atau, banyaknya pendatang yang mengadu nasib ke Cilacap bikin persaingan makin ketat. Jadi buat warga lokal, upgrade skill itu wajib hukumnya biar nggak kalah saing di kandang sendiri.
Geser dikit dari Brebes, kita ke tetangganya, Kabupaten Tegal. Daerah yang lekat dengan julukan “Jepangnya Indonesia” karena industri logam dan warteg-nya yang mendunia ini ada di posisi ketiga.
Angka TPT-nya mencapai 7,53%. Artinya, ada lebih dari 130 ribu “beban keluarga” yang menunggu panggilan interview. Padahal Tegal terkenal dengan warganya yang ulet dan jago berwirausaha, lho. Ini jadi sinyal kalau sektor formal di sana mungkin lagi nggak baik-baik saja, atau sektor informalnya belum terdata dengan maksimal.
Di posisi keempat ada Kabupaten Pemalang dengan TPT 6,63%. Kalau kamu lewat jalur Pantura, pasti lewat kota ini. Meskipun angkanya di bawah 7%, tapi jumlah manusianya masih di atas 100 ribu orang, lho.
Pemalang seringkali jadi penyumbang perantau terbesar ke Jakarta. Kenapa? Ya karena di daerah asalnya lapangan kerja masih seret. Data ini membuktikan bahwa alasan warga Pemalang buat merantau itu valid banget: di kampung halaman saingannya berat, bos!
Masuk ke wilayah Banyumas alias Purwokerto dan sekitarnya. TPT-nya ada di angka 6,18%.
Nah, coba perhatikan datanya. Persentasenya lebih kecil dari Pemalang, tapi jumlah orangnya (115 ribu) lebih banyak dari Pemalang (105 ribu). Kok bisa?
Ya jelas, karena jumlah penduduk Banyumas jauh lebih banyak. Sebagai pusat pendidikan dan ekonomi di Jawa Tengah bagian barat daya, Banyumas menarik banyak orang. Banyak lulusan universitas di Purwokerto yang mungkin memilih stay di sana tapi belum dapet kerja, akhirnya numpuk deh angka penganggurannya. Istilahnya: over-supply sarjana tapi demand kerjanya belum ngeber.
Di posisi keenam ada Kabupaten Batang. Belakangan ini Batang lagi naik daun karena adanya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) yang digadang-gadang bakal menyerap ribuan tenaga kerja.
Tapi datanya menunjukkan TPT masih di angka 5,67%. Memang secara jumlah orang (48 ribuan) jauh lebih sedikit dibanding Brebes atau Cilacap. Tapi, ini jadi PR (Pekerjaan Rumah) buat pemerintah setempat. Jangan sampai pabriknya berdiri megah, tapi warga lokalnya cuma jadi penonton. Ayo warga Batang, manfaatkan momentum KITB ini!
Terakhir, di posisi ketujuh ada Kabupaten Banjarnegara dengan TPT 5,57%. Estimasi ada hampir 60 ribu orang yang belum bekerja.
Banjarnegara yang dominan dengan wilayah pegunungan dan pertanian ini mungkin menghadapi tantangan klasik: anak mudanya enggan bertani, tapi sektor industri/jasa belum banyak tersedia. Alhasil, terjadi gap keinginan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja.
Membaca data di atas bukan buat nakut-nakutin kamu, Sobat. Tapi buat Reality Check.
Jika kamu tinggal di salah satu dari 7 kabupaten di atas, kamu harus sadar bahwa:
Buat kamu yang namanya masih masuk dalam statistik di atas, jangan berkecil hati. BPS mencatat data ini supaya pemerintah sadar, tapi kamu juga harus bergerak.
Data BPS 2024 ini emang agak pait kayak kopi tanpa gula. Tapi ingat, angka statistik itu dinamis. Bisa jadi bulan depan atau tahun depan, kamu sudah nggak masuk dalam hitungan “pengangguran” di atas karena sudah sukses diterima kerja atau bisnisnya jalan.
Tetap semangat, kurangi rebahan, perbanyak networking. Siapa tahu rezekimu bukan di pintu depan, tapi lewat jendela yang belum kamu buka.
Semangat berjuang, warga Jateng!
Sumber Data: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, 2024.
No products in the cart
Return to shop